DATA PENGUNJUNG

Website counter


Pengertian Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa latin curere yang berarti tempat balapan (race – course). Seperti yang sudah kita ketahui, tempat balapan adalah suatu arena yang dirancang untuk unjuk kecepatan yang dimulai dari garis/ titik start dan berakhir pada garis/titik finish. Hubungannya dengan pendidikan, kurikulum diibaratkan sebagai suatu arena (track)(baca selanjutnya...)
Filsafat Dalam Pendidikan
Pendidikan sebagai pengetahuan atau ilmu mempunyai bagian yang terdiri atas dasar dan fakta. Untuk memperoleh dasar – dasar dalam pendidikan ini maka diperlukan filsafat. Filsafat mempelajari objek yang luas, khusus untuk pendidikan maka yang akan mempelajari objek (pendidikan dan peserta), sistematika dan metode (baca selanjutnya...)

Menentuakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.
Dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) aspek yang dipertimbangkan antara lain adalah tingkat kemampuan peserta didik, kompleksitas kompetensi(baca selanjutnya...)

Selasa, 12 Juli 2011

Filsafat Dalam Pendidikan


Pendidikan sebagai pengetahuan atau ilmu mempunyai bagian yang terdiri atas dasar dan fakta. Untuk memperoleh dasar – dasar dalam pendidikan ini maka diperlukan filsafat. Filsafat mempelajari objek yang luas, khusus untuk pendidikan maka yang akan mempelajari objek (pendidikan dan peserta), sistematika dan metode.

Filsafat pendidikan sangat diperlukan sebagai dasar – dasar dalam kegiatan pendidikan. Ambil contoh seorang guru yang menghukum peserta didiknya haruslah mempunyai dasar tujuan. Dalam memberi hukuman ini guru tahu teorinya yaitu akan membuat jera atau tidak. Inilah salah satu pentingnya filsafat pendidikan. Apakah hanya sebatas itu pentingnya filsafat pendidikan? Tentu saja tidak.

Dengan filsafat pendidikan, akan ditemukan berbagai teori dalam pendidikan sehingga implementasi berdasarkan teori, yang lalu digunakan dalam praktik secara nyata.

“Peserta didik adalah Animal Educandum yaitu makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik” (M.J. Langeveld dalam Imam Barnadib)

CABANG FILSAFAT YANG MENDUKUNG PENDIDIKAN

1. Ontologi

Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Ontologi (dari ὄν Yunani, ὄντος genitive: "menjadi" (partisip netral dari εἶναι: "menjadi") dan-λογία,-logia: ilmu, penelitian, teori) adalah studi filosofis tentang hakikat ini, eksistensi atau kenyataan seperti itu, serta menjadi kategori dasar dan hubungan mereka. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang ada entitas atau dapat dikatakan ada, dan bagaimana yang ada tersebut dapat dikelompokkan, terkait di dalam hirarki, dan dibagi menurut persamaan dan perbedaan . Hubungannya dengan pendidikan maka Ontologi akan menentukan pengetahuan apa saja yang akan diajarkan di sekolah, apakah kurikulum perlu untuk diadakan inovasi, menentukan perlakuan terhadap siswa yaitu siswa hanya sebagai penerima atau penelaah informasi dsb.

2. Epistemologi

Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.(Wikipedia)

Hubungan Epistemologi dalam dunia pendidikan adalah menentukan bagaimana cara pembelajaran yang baik apakah pengetahuan dijadikan sebagai doktrin ataukah pengetahuan sebagai rekonstruksi konsep yang dilakukan melalui pengalaman, bagaimana agar siswa mendaptkan pengetahuan yang benar, menentukan metode pembelajaran serta strategi yang digunakan, dll

3. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi (dari Bahasa Yunani axios yang berarti sesuai atau wajar, logos berarti ilmu) dapat dipahami sebagai teori nilai. Dalam aksiologi dibicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri, bagaimana hakikat serta manfaat pengetahuan bagi manusia.

Hubungan Aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menentukan nilai – nilai yang mendasari pendidikan apakah pendidikan berdasarkan nilai seperti Pancasila-nilai Islam-nilai sekuler, untuk apa pengetahuan itu diajarkan, bagaimana akibat jika mengimplementasikan kurikulum dll.

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Beberapa aliran filsafat pendidikan yang utama adalah sebagai berikut

1. Nativisme atau Naturalis

Teori ini dipelopori oleh filsuf Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pendidikan nativisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri, lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.Tokoh lain yang mendukurng aliran ini adalah J.J. Rousseau (1712-1778), Rousseau berpendapat bahwa setiap bayi yang lahir adalah dalam keadaan suci dan dianugerahi potensi yang dapat berkembang secara alamiah. Oleh karena itu, pendidikan pada dasarnya merupakan tempat untuk mengembangkan anak sesuai potensi. Pandangan ini dikenal sebagai konsepsi pendidikan pesimistik.

2. Empirisme atau Environtalisme

Dengan tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J. Herbart (1776-1841 M), David Hume, dan George Berkeley.

Empirisme adalah berpandangan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

Ketika lahir manusia hanya membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.

3. Konvergensionisme atau Interaksionisme

Konvergensi merupakan perpaduan dari pandangan naturalis dengan empiris . Menurut pandangan ini, antara bawaan dan lingkungan merupakan perpaduan pembentukan peserta didik. Siswa yang mempunyai bakat dalam bidang tertentu tetapi jika lingkungan tidak mendukung maka siswa tersebut tidak akan berkembang sesuai bakat yang dimiliki, sedangkan anak yang tidak berbakat sama sekali meskipun dilatih dengan sangat keras akan mempunyai hasil yang kurang optimal.

Oleh karenanya, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.

KECENDERUNGAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA

Menentukan aliran filsafat tidaklah semudah seperti mengukur panjang meja dengan menggunakan penggaris. Filsafat adalah sesuatu yang abstrak, kita dapat menentukan aliran filsafat yang dianut dari kecenderungan yang ada. Misalnya seorang pelukis, pelukis naturalis akan menghasilkan lukisan benda – benda yang natural seperti hewan, tumbuhan, alam dll. meskipun tidak menutup kemungkinan ia suatu ketika melukis citra khayalan yang ada dalam imajinasi pikirannya. Berbeda dengan pelukis impressionis, seorang pelukis impressionis akan cenderung menghasilkan karya lukisan yang abstarak, absurd, dan bentuknya hampira tidak dijumpai di alam meskipun begitu pelukis impressionis terkadang juga dapat menghasilkan karya benda alam seperti halnya pelukis naturalis.

Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3) dinyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

  1. peningkatan iman dan takwa;
  2. peningkatan akhlak mulia;
  3. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
  4. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
  5. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
  6. tuntutan dunia kerja;
  7. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
  8. agama;
  9. dinamika perkembangan global; dan
  10. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Itu berarti kurikulum yang diadopsi adalah pandangan konvergenisme.

Lalu Bagaiman Hasil Pendidikan Kita?

Sebatas yang saya pahami, praktik kurikulum yang dilaksanakan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral sebagai transfer of knowledge. Konsekuensi logis dari hal ini adalah ranah intelektualitas yang cenderung dikembangkan. Sedangkan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masalah pada masa yang akan datang tidak cukup diperhatikan. Praktik pendidikan cenderung pada hafalan dimana nilai – nilai kemanusiaan diajarkan dengan indoktrinasi, pengetahuan diajarkan pada tataran teori dan kecerdasan hafalan dianggap sebagai nilai yang harus dicapai, hal ini terbukti dengan adanya ujian nasional. Meskipun ujian nasional 2011 sudah tidak dijadikan sebagai satu – satunya penentu kelulusan tetapi tetap saja kelulusan siswa sebagian besar ditentukan dari nilai ujian teori.

Jadi meskipun kurikulum nasional yang diterapkan di Indonesia adalah pandangan menyeluruh seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas 2003 tetapi penerapan kurikulum belum seperti yang diamanatkan dalam undang-undang. Praktik pendidikan cenderung menganut aliran naturalisme.

Referensi

Barnadib, Imam.2002.Filsafat Pendidikan.Adicita Karya Nusa:Yogyakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095565-pengertian-ontologi/#ixzz1OUqTxFR4

Palmquis, Stephen.2002.Pohon Filsafat.Pustaka Pelajar:Yogyakarta

Suhartono, Suparlan.2004.Dasar-Dasar Filsafat.Ar Ruzz:Yogyakarta

Suparman & Sobirin Malian.2003.Ide – Ide Besar Sejarah Intelektual Amerika.UII Press:Yogyakarta

Suparno, Paul.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Kanisius:Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar